KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah,
kekuatan, dan karunia Allah yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah dengan judul :
“KONSEP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak makalah ini tidak
akan terselesaikan, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1) Allah
SWT yang telah berkenan memberikan kekuatan baik lahir maupun batin dan
kesempatan untuk menyelesaikan karya tulis ini
2) Dosen
Belajar dan pembelajaran.
3) Semua
pihak yang secara langsung maupun tidak langsung ikut membantu penyusunan tugas
ini
Akhirnya
penulis menyadari akan kekurangan, keterbatasan serta kemampuan sehingga masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Kritik dan saran pembaca sangat penulis
harapkan untuk koreksi dan perbaikan di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi selain penulis pada umumnya.
Luwuk,September 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL..............................................................................................
i
KATA
PENGANTAR............................................................................................
ii
DAFTAR
ISI...........................................................................................................
iii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang .......................................................................................... 3
B.
Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
C.
Tujuan ........................................................................................................ 3
BAB
II ISI PEMBAHASAN
1.
Konsep
Belajar dan Pembelajaran ............................................................. 4
2.
Hakekat
Pembelajaran ............................................................................... 7
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan ................................................................................................
B.
Saran ..........................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA ..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latarbelakang
Di dalam proses pembelajaran,
munculnya kesulitan untuk memahami suatu konsep merupakan hal yang wajar. Ini
menggambarkan bahwa anak sedang melakukan proses berpikir. Mereka berusaha
untuk mengintegrasikan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah
dimilikinya. Skemata atau pengetahuan awal setiap siswa tidaklah sama sehingga
kesulitan yang dihadapi setiap anak pun tidaklah selalu sama. Sebagai seorang
guru atau orang yang membimbing mereka belajar, sebaiknya kita dapat mengenali
dan memahami kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh anak. Karena jika dibiarkan
kesulitan tersebut tidak lagi menjadi sebuah kewajaran, melainkan suatu masalah
yang dapat menghambat perkembangan intelektual anak.
Kondisi yang terjadi kini selain
karena konsep matematika itu bersifat abstrak, sebagian besar anak juga tidak
mampu menyelesaikan beberapa tahap yang tidak ia kuasai, semakin lama semakin
bertumpuk kemudian muncullah persepsi di dalam diri anak bahwa mata pelajaran
matematika itu sangat sulit. Nilai-nilai rendah yang diperoleh sebagian besar
siswa merupakan bukti nyata bahwa mata pelajaran matematika memang dirasakan
sulit. Ketika fenomena ini diketahui oleh orang tua atau guru-guru, mereka
sering menganggap bahwa nilai yang rendah tersebut merupakan dampak dari
kemalasan anak dalam belajar.
B.
Rumusan masalah
Ø Menjelaskan konsep
belajar dan pembelajaran
Ø Menjelaskan hakekat
pembelajaran
C.
Tujuan
Ø Mengetahui konsep
belajar dan pembelajaran
Ø Mengetahui hakekat
pembelajaran
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Konsep Belajar Dan Pembelajaran
1. Definisi Belajar
Belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, denganserangkaian kegiatan misalnya dengan
membaca, mengamati, mendengarkan,meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu
akan lebih baik, kalau subjek belajaritu mengalami atau melakukannya, jadi
tidak bersifat verbalistik.Dengan adanya pengertian-pengertian belajar di atas
belajar dapatdiartikan sebagai tindakan atau usaha individu yang merupakan
suatu prosesdalam berinteraksi dengan lingkungan agar memperoleh pengetahuan
dalamrangka mendapatkan perubahan tingkah laku baik yang berupa kognitif,
afektif dan psikomotor. Perubahan-perubahan tersebut bersifat kontinyu,
positif, berarahdan bertujuan serta terdapat dua aspek yang sama yaitu adanya
perubahan tingkahlaku dan pengalaman yang mempengaruhi beberapa faktor, baik
yang disadarimaupun yang timbul sendiri akibat praktek, pengalaman, latihan dan
bukan secarakebetulan.
Ø Proses
belajar mengajar.
Pengorganisasian
atau penciptaan atau pengaturan suatu kondisi lingkungan yang sebaik-baiknya
yang memungkinkan terjadinya belajar pada siswa.
2. Model
pembelajaran
“Suatu
rencana mengajar yang memperlihatkan pola pembelajaran tertentu”
Di dalam pola tersebut terdapat
karakteristik berupa tahapan kegiatan
guru-siswa atau dikenal dengan istilah sintaks dalam peristiwa pembelajaran.
Karakteristik
Model pembelajaran:
a.
Adanya sintaks
(urutan kegiatan pembelajaran).
b.
Sistem sosial (peran guru dalam pembelajaran).
c.
Prinsip reaksi (upaya
guru dalam membimbing dan merespon siswa).
d.
Sistem pendukung
(faktor-faktor yang harus diperhatikan, dan dimiliki guru dalam menggunakan
model), serta dampak pembelajaran (langsung dan iringan ). (Bruce Joyce, 1980)
3. Pendekatan mengajar
Pendekatan mengajar merupakan cara
pandang yang digunakan guru terhadap permasalahan yang dihadapi dalam
pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran dapat digunakan untuk
menetapkan strategi dan langkah-langkah pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Setiap pendekatan yang diterapkan akan melibatkan kemampuan
subjek belajar dan guru dengan kadarnya masing-masing. Sehubungan dengan hal
ini, Anderson (dalam Sudjana, 1989) mengemukakan dua kategori pendekatan, yaitu
pendekatan berpusat pada guru (teacher centered) dan berpusat pada siswa
(student centered). (Sudjana, 1989).
Pendekatan mengajar misalnya: pendekatan konsep, pendekatan
lingkungan, pendekatan proses sains, pendekatan STS (Science-Technology-Society),
dan pendekatan kontekstual.
4. Strategi Pembelajaran
Pedekatan
dalam mengelola kegiatan pembelajaran dengan mengorganisasikan materi pelajaran
dan pembelajar, peralatan dan bahan, serta waku untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan secara efektif dan efisien. Contoh : Direct
Instruction, Discusion, Group work, Cooperative Learning, Problem Solving,
Student Research, Performance Activities (misal cara menggunakan mikroskop).
5. Metode dan Teknik
Mengajar
Metode
dalam konteks pendidikan adalah kumpulan prinsip yang terkordinir untuk
melaksanakan pengajaran, sedangkan dalam konteks pengajaran, metode
diartikan sebagai cara-cara menyajikan suatu bahan pelajaran pada situasi
tertentu.( Sukarno et.al, 1981:34). Metode mengajar yang sering digunakan
misalnya metode ceramah, demonstrasi, diskusi, dan eksperimen. Sedangkan teknik
mengajar menyangkut hal-hal yang spesifik yang dilakukan guru dalam mengelola
pembelajaran. Sebagai contoh, dalam metode diskusi dapat
digunakan teknik snow ball, siswa berdiskusi dalam kelompok kecil
kemudian setelah mendapat kesamaan persepsi terhadap materi yang didiskusikan
dalam kelompok kecil tersebut, diskusi dilakukan antar keolompok yang lebih
besar, sampai akhirnya diperoleh kesamaan persepsi dalam satu kelas. teknik
dalam
6. Bahan ajar
Ada
beberapa pengertian mengenai bahan ajar, beberapa di antaranya adalah sebagai
berikut.
·
Bahan ajar adalah
segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran di kelas. Bahan yang dimaksud dapat berupa bahan tertulis
maupun bahan tidak tertulis. (National Center for Vocational Education
Research Ltd/ National Center for Competency Based Training)
·
Bahan ajar merupakan
seperangkat materi/subtansi pelajaran yang disusun secara sistematis,
menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu
kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara
akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu
(Dikmenjur).
·
Bahan ajar adalah
informasi, peralatan, dan bahan tertulis yang diperlukan untuk merencanakan dan
mengulas hasil pembelajaran. Bahan tertulis dan peralatan termasuk ke dalam
bahan ajar .
Dari
beberapa pengertian bahan ajar di atas, dapat disarikan bahwa bahan ajar merupakan seperangkat materi yang
disusun secara sistematis sehingga tercipta suasana yang memungkinkan siswa
untuk belajar.
Bentuk bahan ajar dapat berupa bahan
tertulis (cetak), seperti hand-out,
modul, buku, lembar kerja siswa (LKS), brosur, gambar, dll . Sedangkan bahan
ajar yang yang tidak tertulis, misalnya kaset, radio, compact disk. (National
Center for Competency Based Training).
B.
Hakekat Pembelajaran
Dalam kegiatan belajar
mengajar, anak adalah subjek dan sebagai objek dari kegiatan pembelajaran.
Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha
secara aktif untuk mencapainya. Mengajar pasti merupakan kegiatan yang mutlak
memerlukan keterlibatan individu anak didik. Biasanya permasalahan yang guru
hadapi ketika berhadapan dengan sejumlah anak didik adalah masalah pengelolaan
kelas.
Peranan guru sebagai pembimbing
bertolak dari cukup banyaknya anak didik yang bermasalah. Dalam belajar ada
anak didik yang cepat mencerna bahan,ada anak didik yang sedang mencerna
bahan,dan ada pula anak didik yang lamban mencerna bahan yang diberikan oleh
guru. Ketiga tipe belajar anak didik ini menghendaki agar guru mengatur
strategi pengajarannya yang sesuai dengan gaya-gaya belajar anak didik.
v BENTUK-BENTUK IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN
Pengajaran yang
efektif berlangsung dalam suatu proses brkesinambungan, terarah berdasarkan
perecanaan yang matang. Proses pengajaran itu dilandasi oleh prinsip-prinsip
yang fundamental yang akan menentuekan apakah pengajaran berlangsung secara
wajar dan berhasil.
Ø Pengajaran berbasis motivasi
(Motivation based teaching)
Motivasi adalah perubahan energi
(pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk
mencapai tujuan. Ada tiga unsur dalam motivasi yang saling berkaitan yaitu :
1. Motivasi
dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi.
2. Motivasi
ditandai dengan timbulnya perasaan affective arousal
3. Motivasi
ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.
Motivasi memiliki dua komponen, yakni
komponen dalam (inner component), dan komponen luar (outer component). Motivasi dapat dibagi jadi dua jenis :
Ø Motivasi
intrinsik
Ø Motivasi
ekstrinsik
Motivasi mempunyai prinsip-prinsip,
antara lain:
Kenneth H. Hover, mengemukakan
prinsip-prinsip motivasi sebagai berikut.
1. Pujian
lebih efektif dari pada hukuman.
2. Semua
murid mempunyai kebutuhan-kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) tertentu
yang harus mendapat kepuasan.
3. Motivasi
yang berasal dari dalam individu lebih efektif dari pada motivasi yang
dipaksakan dari luar.
4. Terhadap
jawaban (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) perlu dilakukan usaha
pemantauan.
5. Motivasi
itu mudah menjalar atau tersebar terhadap orang lain.
6. Pemahaman
yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang motivasi.
7. Tugas-tugas
yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk
mengerjakannya daripada apabila tugas-tugas itu dipaksakan oleh guru.
8. Pujian-pujian
yang datangnya dari luar kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk
merangsang minat yang sebenarnya.
9. Teknik
dan proses mengajar yang bermacam-macam adalah efektif untuk memelihara minat
murid.
10. Manfaat
minat yang telah dimiliki oleh murid adalah bersifat ekonomis.
11. Kegiatan-kegiatan
yang akan dapat merangsang minat murud-murid yang kurang mungkin tidak ada
artinya (kurang berharga) bagi para siswa yang tergolong pandai.
12. Kecemasan
yang besar akan menimbulkan kesulitan belajar.
13. Kecemasan
dan frustasi yang lemah dapat membantu belajar, dapat juga lebih baik.
14. Apabila
tugas tidak terlalu besar dan apabila tidak ada maka frustasi secara cepat
menuju kedemoralisasi.
15. Tiap
murid mempunyai tingkat-tingkat frustasi toleransi yang berlainan.
16. Tekanan
kelompok murid (pergrup) kebanyakan lebih efektif dalam motivasi daripada
tekanan/paksaan dari orang dewasa.
17. Motivasi
yang besar erat hubungannya dengan kreatifitas murid.
Ø Pengajaran
berbasis perbedaan individual
a. Pengertian perbedaan individual
Individual
adalah suatu kesatuan yang masing-masing memiliki ciri khasnya, dan karena itu
tidak ada dua individu yang sama, satu dengan yang lainnya berbeda. Setiap
individu berbeda dengan individu lainnya dalam aspek mental, seperti: tingkat
kecerdasan, abilitas, minat, ingatan, emosi, kemauan, dan sebagainya.
Selain tiu, tidak ada dua individu yang sama dalam aspek
jasmaniah, seperti bentuk, ukuran, kekuatan, dan daya tahan tubuh.
Perbedaan-perbedaan itu masing-masing memiliki keuntungan dan kelemahan.
Ada dua faktor yang
menyebabkan terjadinya perbedaan individual, yakni faktor warisan, keturunan,
dan faktor pengaruh lingkungan. Antara kedua faktor itu terjadi konveregensi.
Mungkin pada satu individu faktor pengaruh keturunan lebih dominan, sedangkan pada
individu lainnya pengaruh faktor linhkungan yang lebih dominan. Perbedaan
individual dapat dikembalikan pada interaksi antara dua faktor tersebut
berdasarkan asumsi, bahwa setiap pertumbuhan dan perkembangan tentu disebabkan
oleh kedua faktor tersebut.
b.
Jenis
Perbedaan individual
1)
Kecerdasan
(intelegence)
2)
Bakat(attitude)
3)
Keadaan
jasmaniah (physical Fitness)
4)
Penyesuaian
sosial dan emosional ( social and emotional adjuustman)
5)
Latar
belakang keluarga (home backround)
6)
Hasil
belajar (Academic Achievement)
7)
Para siswa yang menghadapi
kesulitan-kesulitan dalam handicap jasmani, kesulitan berbicara, kesulitan
menyesuaikan social
8)
Siswa yang cerdas dan lamban belajar
c. Cara
melayani perbedaan individual
1) Akselerasi
dan program terbatas
a) Akselerasi:
memberikan kesempatan kepada siswa yang bersangkutan untuk naik ke tingkatan
kelas yang berikutnya lebih cepat (double promotion) satu atau dua kali
sekaligus.
b) Program
tambahan: kepada siswa diberikan tugas-tugas tambahan di dalam setiap tingkatan
kelas.
2)
Pengajaran individual
3)
Pengajaran unit
Siswa dibagi dalam beberapa kelompok
kecil. Tiap individu mendapat tugas sesuai minat dan kemampuannya. Siswa yang
lamban akan memilih tugas dan bahan yang lebih mudah, sedangkan siswa yang
cerdas akan memilih tugas yang lebih sulit. Kelompok-kelompok tersebut saling
bertukar pengalaman, dan hasil kerja perorangan pada akhirnya menjadi hasil
kerja kelompok.
4) Kelas
khusus bagi siswa yang cerdas
5) Kelas
remedi bagi para siswa yang lamban
6) Pengelompokkan
berdasarkan abilitas
Berdasarkan abilitas siswa, kelas dibagi
menjadi tiga kelompok, yakni: kelompok kurang, kelompok sedang, dan kelompok
pandai. Pembagian kelompok dilakukan setelah guru melakukan penelitian yang
saksama terhadap kelas. Berdasarkan kelompok-kelompok abilitas tersebut, guru
berkesempatan untuk menyesuaikan dan mendiferensiasi bahan pelajaran dan metode
mengajar sesuai individu.
7) Pengelompokkan informal (kelompok kecil dalam kelas)
Kelas dibagi menjadi
beberapa kelompok (2-8 siswa). Tiap kelompok terdiri dari individu-individu
yang berbeda sesuai dengan minat dan abilitasnya masing-masing. Guru bertindak
sebagai konsultan yang bergerak dari satu kelompok ke kelompok lainnya.
8) Supervise
periode individualisasi
Metode ini adalah suatu periode dimana
para siswa masing-masing mendapatkan kesempatan membaca buku-buku yang berbeda
atau mengerjakan hal-hal lain dalam mata pelajaran tertentu sesuai dengan
kebutuhan individu, dengan bimbingan atau supervise oleh guru.
9) Memperkaya
dan memperluas kurikulum
10) Pelajaran
pilihan (Elective Subjects)
Kurikulum perlu menyediaan pula sejumlah
mata pelajaran pilihan disamping pendidikan umum. Pelajaran pilihan ini umumnya
bertujuan untuk membentuk keterampilan.
11) Diferensiasi
pemberian tugas dan pemberian tugas yang fleksibel
12) Sistem Tutorial (tutoring system)
Sistem tutor adalah suatu system dalam
memberikan bimbingan kepada murid-murid yang mengalami kesulitan tertentu.
Dalam hal ini guru dianggap sebagai tutor.
13) Bimbingan
Individual
Bimbingan individual sangat diperlukan
bagi siswa yang lamban dan bagi siswa yang mengalami kegagalan dalam belajar.
14) Modifikasi
Metode-Metode Mengajar
Guru dapat menggunakan metode mengajar
berganti-ganti untuk para siswa yang lamban dan para siswa yang cerdas.
Ø Pengajaran Berbasis Aktivitas
a.
Konsep aktivitas belajar
Pendidikan
tradisional dengan “Sekolah Dengar”-nya tidak mengenal, bahkan sama sekali
tidak menggunakan asas aktivitas dalam proses belajar mengajar. Para siswa
hanya mendengarkan hal-hal yang dipompakan oleh guru. Kegiatan mandiri dianggap
tidak tidak ada maknanya, karena guru adalah orang yang serba tahu dan
menentukan segala hal yang dianggap penting bagi siswa. Guru cukup mempelajari
materi dari buku lalu disampaikan kepada siswa. Siswa hanya bertugas menerima
dan menelan, mereka diam dan bersikap pasif atau tidak aktif.
Adanya
temuan-temuan baru dalam psikologi perkembangan dan psikologi belajar yang
menyebabkan pandangan tersebut berubah. Berdasarkan hasil penelitian para ahli
pendidikan itu :
1) Siswa
adalah suatu organisme yang hidup, di dalam dirinya beraneka ragam kemungkinan
dan potensi yang hidup yang sedang berkembang. Pendidikan perlu mengarahkan
tingkah laku dan perbuatan itu menuju ke tingkat perkembangan yang diharapkan.
2) Setiap
siswa memiliki berbagai kebutuhan, meliputi kebutuhan jasmani, rohani, dan
sosial.
Adanya
berbagai temuan dan pendapat pada gilirannya menyebabkan pandangan anak (siswa)
berubah. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan
belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Anak (siswa) belajar sambil
bekerja. Dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan
aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan ketrampilan yang bermakna
untuk hidup di masyarakat.
b. Nilai
aktivitas dalam pengajaran
Penggunaan
asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para siswa, karena :
1) Para
siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
2) Berbuat
sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral.
3) Memupuk
kerjasama yang harmonis di kalangan siswa.
4) Para
siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.
5) memupuk
disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis.
6) Mempererat
hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara orang tua dengan guru.
7) Pengajaran
diselenggarakan secara relistis dan konkret sehingga mengembangkan pemahaman
dan berpikir kritis serta menghindarkan verbalistis.
8) Pengajaran
di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di masyarakat.
c. Penggunaan
aktivitas dalam pengajaran
Asas aktivitas digunakan dalam semua jenis metode
pengajaran, baik metode dalam kelas maupun metode mengajar di luar kelas. Hanya
saja penggunaanya dilaksanakan dalam bentuk yang berlain-lainan sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai dan disesuaikan pula pada orientasi sekolah yang
menggunakan jenis kegiatan itu.
Ø Pengajaran Berbasis Lingkungan
a. Konsep
lingkungan
Belajar pada hakikatnya adalah suatu interaksi
antara individu dan lingkungan. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus)
terhadap individu dan sebaliknya individu memberikan respons terhadap
lingkungan. Dalam proses interaksi ini dapat terjadi perubahan pada diri
individu berupa perubahan tingkah laku. Dapat juga terjadi, individu
menyebabkan terjadinya perubahan pada lingkungan, baik yang positif atau
bersifat negatif. Hal ini menunjukkan, bahwa fungsi lingkungan merupakan faktor
yang penting dalam proses belajar mengajar.
b. Pengertian
lingkungan
Ada dua istilah yang sangat erat kaitannya tetapi
berbeda secara gradual, ialah “alam sekitar” dan “lingkungan”. Alam sekitar
mencangkup segala hal yang ada di sekitar kita, baik yang jauh maupun yang
dekat letaknya, baik masa silam mupun yang akan datang tidak terikat pada
dimensi waktu yang tepat. Lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar
yang memiliki makna dan atau pengaruh tertentu kepada individu.
Lingkungan (environment) sebagai dasar pengajaran
adalah faktor tradisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan
faktor belajar yang penting. Lingkungan belajar atau pembelajaran atau
pendidikan terdiri dari berikut ini :
1. Lingkungan
sosial adalah lingkungan masyarakat bagi kelompok besar atau kelompok kecil.
2. Lingkungan
personal meliputi individu-individu sebagai suatu pribadi berpengaruh terhadap
individu pribadi lainnya.
3. Lingkungan
alam (fisik) meliputi semua sumber daya alam yang dapat diberdayakan sebagai
sumber belajar.
4. Lingkungan
kultural mencangkup hasil budaya dan teknologi yang dapat dijadikan sumber
belajar dan yang dapat menjadi faktor pendukung pengajaran.
Suatu
lingkungan pendidikan atau pengajaran memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi
psikologis
Stimulus bersumber atau
berasal dari lingkungan yang merupakan rangsangan terhadap individu sehingga
terjadi respons, yang menunjukkan tingkah laku tertentu.
2. Fungsi
pedagogis
Lingkungan memberikan
pengaruh-pengaruh yang bersifat mendidik, khususnya lingkungan yang sengaja
disiapkan sebagai suatu lembaga pendidikan, misalnya keluarga, sekolah, lembaga
pelatihan, lembaga-lembaga sosial.
3. Fungsi
instruksional
Program instruksional
merupakan lingkungan pengajaran atau pembelajaran yang dirancang secara khusus.
Suatu dimensi lingkungan yang sangat penting adalah masyarakat.
Dalam kontens ini masyarakat mencangkup unsur-unsur individu, kelompok,
sumber-sumber alami, sumber budaya, sistem nilai dan norma, kondisi atau
situasi serta masalah-masalah, dan berbagai hambatan dalam masyarakat, secara
keseluruhan merupakan lingkungan masyarakat.
Ø Problem-basic Learning
a.
Gambaran Umum
Dalam model
pembelajaran Problem-basic Learning, belajar dan pembelajaran diorientasikan
kepada pemecahan berbagai masalah terutama yang terkait dengan aplikasi materi
pembelajaran di dalam kehidupan nyata. Selama siswa melakukan kegiatan
pemecahan masalah, guru berperan sebagai tutor yang akan membantu mereka
mendefinisikan apa yang mereka tidak tahu dan apa yang mereka perlu ketahui
untuk memahami atau memecahkan masalah.
Pengembangan model ini diantaranya
didasari oleh:
1)
Prinsip Enquiry Learning yang memandang
belajar adalah upaya untuk menemukan sendiri pengetahuan.
2) Teori-teori
psikologi belajar dan pembelajaran modern yang menjelaskan bahwa pengetahuan
akan lebih diingat dan dikemukakan kembali secara lebih efektif jika belajar
dan pembelajaran didasarkan dalam konteks manfaatnya di masa depan.
b. Tahapan-Tahapan
Pemecahan Masalah
Tahapan pemecahan masalah sangat bergantung pada
kompleksitas masalahnya. Untuk masalah yang kompleks karena cakupan dan
dimensasinya sangat luas, maka langkah-langkah pemecahan masalah dengan
pendekatan akademik dapat dilakukan. Permasalahan yang sederhana dengan cakupan
dan dimensi yang relatif sempit dan praktis dapat dipecahkan dengan
tahapan-tahapan yang sederhana dan praktis.
Ø Cooperative Learning
a. Falsafah
Cooperative Learning
Berbeda dengan model pembelajaran kompetisi dan
model individual learning yang menitikberatkan proses dan pencapaian belajar
dan pembelajaran pada prestasi setinggi-tingginya yang siswa secara individual,
model cooperative learning didasari oleh falsafah bahwa manusia adalah makhluk
sosial. Oleh karena itu, model pembelajaran ini tidak mengenal kompetisi antar
individu. Model ini juga tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar
dengan kecepatan dan iramanya sendiri. Sebaliknya, model ini menekankan
kerjasama atau gotong-royong sesama siswa dalam mempelajari materi pembelajaran
(Lie, halaman : 17-29).
Ada
dua kemungkinan kerjasama antar siswa dalam kelompok belajar, yaitu :
1) Kooperatif
adalah kerjasama antara siswa yang berbeda tingkat kemampuannya.
2) Kolaboratif
adalah kerjasama antara siswa dengan kemampuan yang setingkat.
b. Unsur-Unsur
Cooperative Learning
Ada
lima unsur yang menjadi ciri dari Cooperative Learning yang membedakannya
dengan model belajar dan pembelajaran yang lain yaitu : (Lie, halaman : 31)
1) Saling
ketergantungan positif.
2) Tanggungjawab
perseorangan.
3) Tatap
muka.
4) Komunikasi
antar anggota.
5) Evaluasi
proses kelompok
Ø Quantum Teaching
a. Pengertian
Dalam
teknik belajar dan pembelajaran pengertian quantum dapat diartikan yaitu
mendorong terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru,
siswa dengan fasilitas belajar lainnya secara terarah sesuai dengan
karakteristik diri, potensi, dan kebutuhan individual siswa guna mengerahkan
seluruh energinya untuk mencapai kegemilangan dalam belajar.
b. Kerangka
Perancangan Belajar
Ada
enam unsur yang menjadi kerangka dasar pembelajaran dengan model Quantum
Teaching :
a. Tumbuhkan : sertakan diri mereka (siswa), pikat
mereka, puaskan AMBAK (Apa Manfaatnya
Bagi Ku).
b. Alami : berikan mereka pengalaman
belajar, tumbuhkan “kebutuhan untuk
mengetahui.”
c. Namai : berikan “data” tepat saat minat
siswa memuncak.
d. Demonstrasikan:
berikan kesempatan bagi siswa untuk mengaitkan pengalaman dengan data baru,
sehingga mereka menghayati dan menambatnya sebagai pengalaman pribadi.
e. Ulangi : rekatkan gambaran keseluruhannya
melalui pengulangan.
f. Rayakan : Sesuatu yang pantas dipelajari tentu
pantas untuk dirayakan jika berhasil dipelajari. Berikan penghargaan kepada
kelas atas keberhasilan semua.
c. Prinsip
Kecerdasan Jamak (Multiple Inteligence) dan Pembelajarannya
Salah satu prinsip yang
dijadikan rujukan utama dalam kegiatan pembelajaran dengan pendekatan quantum
learning adalah prinsip kecerdasan jamak (Multiple Inteligence). Prinsip yang
dikembangka oleh Gardner ini memandang bahwa :
a. Semua
manusia berbakat untuk menjadi jenius jika belajar dan pembelajarannya sesuai
dengan minat, karakteristik belajar dan bakatnya.Oleh sebab itu pembelajaran
yang menyeragamkan siswa dan menyeragamkan metoda akan mematikan potensi
kejeniusan siswa tertentu karena tidak mengakomodir kekhasan minat, karakteristik
belajar dan bakatnya.
b. Kejeniusan
manusia tidak dapat diukur dalam bidang yang sama, karena mereka lahir membawa
minat, karakteristik belajar dan bakatnya sendiri-sendiri.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian di atas
maka para pendidik dan para perancang pendidikan serta pengembangan
program-program pembelajaran perlu menyadari akan pentingnya pemahana terhadap
hakikat belajar dan pembelajaran. Berbagai teori belajar dan pembelajaran
seperti teori behaviouristik, kognitif, konstruktivitas, humanistik,
sibernetik, revolusi sosiokultural, dan kecerdasan ganda, penting untuk
dimengerti dan diterapkan sesuai dengan kondisi dan konteks pembelajaran yang
dihadapi. Selain itu juga perlu dipahami implementasi pengajarn supaya tercipta
pengajaran yang efektif.
B.
Saran
Diharapkan
kepada para pembaca khususnya peserta didik
baik pelajar maupun mahasiswa, para pendidik, para perancang pendidikan,
serta pengembang program-program pendidikan agar mengetahui teori pembelajaran
dan dapat memahami bentuk-bentuk pembelajaran
dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari
DAFTAR
PUSTAKA
Budiningsih,
Asri.1997. Belajar dan pembelajaran.
Rineka Cipta.Jakarta
Prof.
Dr. Hamalik, Oemar 2001. Proses Belajar
Mengajar. Bumi Aksara.Jakarta
Drs. Bahri Djamarah, Syaiful.
2006. Strategi belajar mengajar.Rineka
Cipta.Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar